Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Pak Marzuki yang terhormat !

Pak Marzuki yang terhormat !

“Dengan berbagai pertimbangan, pembangunan gedung ini, apapun kritikan terima saja namun pembangunan harus tetap dilanjutkan,” kata Marzuki dalam pidato sambutan sosialisasi Gedung Baru di Gedung DPR, Jakarta, Senin (30/8).(inilahdotcom).
primaironline
primaironline (Apakah Gedung DPR yang lama itu sesempit ini?)

Pak Marzuki yang terhormat. Pernah ga bapak berpikir, uang yang digunakan untuk membangun gedung itu uang siapa? Uang keluarga bapak? uang para anggota DPR atau Uang Rakyat? Kalau seandainya uang yang digunakan itu uang keluarga bapak mungkin lah boleh suka - suka bapak membangunnya. Tapi bapak ga sadar ya, uang itu uang rakyat. Di situ ada uang para kompasianer, ada uang para tukang beca, ada uang tukang bakso di pinggiran sana, ada uang gembel yang sama sekali tak pernah bapak pedulikan.
waspada.co.id
waspada.co.id primaironline ( atau Apakah Gedung DPR yang lama itu sesempit ini?)

Karena kami yang memiliki uang itu tidak setuju bapak membangun gedung baru ya mbok ngertilah. Tidak usah ngeyel. Wong yang punya uang aja ga setuju. Pak Marzuki yang terhormat, kalaulah seandainya kerja DPR itu bagus, ga suka bolos, ga tukang tidur dan memang membawa amanah rakyat Maka kami rakyat ini ga mungkin menolak gedung baru bapak itu. Tapi bapak sendiri jangan tutup mata dong. Apa bapak ga tahu atau pura-pura ga tahu kalau banyak anggota DPR yang suka bolos ? Apa bapak ga perhatiin kalau banyak anggota DPR yang tidur dan ogah-ogahan di waktu sidang untuk rakyat ?
Photobucket
primaironline (Apakah Gedung DPR yang lama itu sesempit ini?)

Pak Marzuki yang terhormat. Rakyat ini juga bukan orang gila pak. Masa rakyat marah-marah terus setiap kebijakan yang kalian ambil? Tapi nyatanya setiap kebijakan yang kalian ambil itu seringkali semata-mata hanya untuk kepentingan kalian pak. Jadi wajar dong kami marah. Kalian kan wakil kami, kalau ga mau dimarahin ya tak usah jadi wakil rakyat.

Pak Marzuki yang terhormat. Saya anggap aja SPA, pijat dan kolam renang yang yang katanya juga akan dibawa ke DPR itu juga hanya omong kosong. Karena kalau itu kenyataan, derajat kalian itu ga lebih dari benda - benda yang pantas diinjak.

Pak Marzuki yang terhormat. Rakyat juga ga bisa bayangin berapa banyak kerupuk yang bisa dibelikan dengan uang 1 triliun. Mungkin uang 1 triliun itu dibelikan kerupuk, maka kerupuk itu bisa dibentangkan dari Pulau Sumatera sampai Pulau Jawa. Itulah kami pak, ga pernah liat uang banyak. Jadi bapak harusnya ngaca. Kondisi rakyat sekarang ini ga mengizinkan untuk bapak buat gedung baru yang super wah itu.

Pak Marzuki yang terhormat. Mungkin kalian sengaja menggunakan kesempatan ini ya ? di saat kami sedang gencar ingin mengganyang Malaysia, di saat kami mati - matian memperjuangkan kedaulatan dengan segala kapasitas yang kami punya. Kalian malah ingin buat rumah baru. Kalian memang pandai. Pandai mengambil kesempatan di dalam kesempitan. Tapi kami tidak lengah pak. Segala kegiatan kalian kami pantau terus. Meski kami sedang gerah sama Malaysia, tapi kenapa rasanya lebih gerah lihat tingkah kalian ya ?

Pak Marzuki yang terhormat. Kapasitas gedung yang katanya sudah tidak memadai itu gimana ya ? Apa lebih parah dari masyarakat yang kalian wakili, yang masih berdesak - desakan hanya untuk membangun gubuk di pinggir kali ? padahal dulu janji kalian pada kami sungguh manis sekali. Lebih manis dari kepala gula. Tapi nyatanya kalian hanya bisa menyakiti. Kayak lagu dangdut aja nih pak.

“Kami minta Pimpinan DPR bersama BURT dan Sekjen mengevaluasi ulang lagi.,” kata Ketua Fraksi PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo, kemarin.
Meskipun Gedung DPR yang sekarang sudah tua, tapi menurutnya tidak perlu dibangun mewah. Apalagi bila harus bersaing dengan Hotel Mulia yang hanya beberapa meter dari lokasi pembangunan Gedung DPR. “Tidak perlu spa, kolam renang atau pijat, seperti rumah susun asal nyaman juga tak masalah,” tandasnya(poskota.co.id).

Pak Marzuki yang terhormat. Kisah dibawah ini mungkin bisa jadi renungan buat kita bersama.

Pada suatu malam, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berada di kamar istana melakukan sesuatu berkaitan dengan urusan negara.

Tiba-tiba salah seorang anaknya mengetuk pintu ingin menemui bapaknya. Sebelum masuk, ditanya oleh Khalifah,

“Ada apa malam-malam ke sini?”

“Ada yang ingin dibicarakan dengan bapak”, jawab anaknya.

“Urusan keluarga atau urusan negara?” tanya balik Khalifah.

“Urusan keluarga,” tegas anaknya. Seketika itu, Khalifah mematikan lampu kamarnya dan mempersilakan anaknya masuk.

“Lho, kok lampunya dimatikan,” tanya anaknya sambil keheranan.

“Ini lampu negara, sementara kita mau membicarakan urusan keluarga, karena itu tidak boleh menggunakan fasilitas negara,” demikian jawab Khalifah. Sang anak pun mengiyakannya.

Open Comments

Posting Komentar untuk "Pak Marzuki yang terhormat !"