Keperjakaan Sudah Bisa Dites, Wanita Tidak Usah Takut
Baru-baru ini dari Jambi, muncul sebuah wacana dari anggota DPRD untuk menerapkan sistem uji keperawanan bagi kalangan sisiwi baru. Baru sebatas wacana. Namun reaksi yang muncul diluar perkiraan. Saya sendiri mengira kalau wacana itu akan didukung oleh masyarakat yang masih mengharamkan freesex di Negara Tercinta ini. Namun nyatanya, penentangan bergulir dimana-mana. Bahkan di Jambi sendiri, wacana yang belum dirapatkan itu ditentang oleh anggota DPRD lainnya. Ada beberapa kemungkinan kenapa penolakan ini ada.
Pertama, karena hal ini dirasakan bukan sebagai solusi tepat yang dapat memperbaiki sisi moral anak bangsa yang telah terlanjur terjerumus ke lembah yang hitam.
Kedua, test keperawanan merupakan bentuk diskriminasi Gender dimana wanita hanya akan dijadikan objek. Sementara pria akan tetap bisa sekolah karena tidak adanya test keperjakaan.
Ketiga, banyak kalangan yang menilai bahwa ini hanyalah sebuah proyek. Bila nanti sang calon siswi ternyata tidak lagi perawan, maka ia akan jadi objek pemerasan atau paling tidak harus membayar dengan tidur bersama si penguji.
Keempat, hal ini bertentangan dengan program wajib belajar sembilan tahun itu sendiri. Lebih jauh, seorang siswi akan merasa malu untuk sekolah bila dirinya ketahuan tidak lagi perawan.
Menurut beberapa ahli, keperawanan bisa saja hilang tanpa melakukan hubungan persebadanan. Hingga sangat mungkin bila test keperawanan hanyalah wacana tak penting.
Memandang hal ini, sebenarnya keperawanan berikut test nya itu adalah penting. Hal ini bisa memacu kehati-hatian bagi para sisiwi untuk bergaul. Benteng moral harus dibangun saat anak masih dalam masa pendidikan. Namun karena tingkat kepercayaan masyarakat kepada birokrat dan anggota DPRD (yang tidak terhormat) sudah musnah. Maka segala usul dan tindakan mereka ditanggapi negatif. Tak ada lagi prasangka baik bagi mereka yang telah mengingkari janji-janji kampanye di pemilu silam.
Disamping itu, kaum feminis merasa kalau wanita kembali disudutkan karena pria tidak bisa dites keperjakaannya. Kali ini tidak usah takut. Kasus ini juga terjadi di Vietnam beberapa bulan silam. Saat itu tiga orang pria divonis bersalah telah melakukan perkosaan terhadap seorang wanita. Namun para pria tersebut tetap tidak mengakui.
Adalah Pham Thi Hong, ahli akupuntur yang mengusahakan pembebasan ketiga pria tadi. Pham Thi Hong mengatakan kalau dia bisa mendeteksi keperjakaan.
“Mereka semuanya memiliki titik-titik merah kecil pada bagian belakang telingan mereka,” ungkap Hong, 54. “Titik-titik tersebut mesti hilang jika mereka melakukan seks. Pengalaman saya selama bertahun-tahun memberitahu saya bahwa ketiga pria itu belum melakukan seks pada waktu sebelumnya.”
Akhirnya pemidanaan ketiga pelaku dibekukan karena kelemahan pada pengusut terdahulu.
“Berkat upaya-upayanya, para penyidik meneliti kembali kasus tadi yang tanpa itu jelas sudah terkubur,” papar Nong Thi Hong Ha, pengacara salah seorang terpidana yang telah dibebaskan.
“Berkat upaya-upayanya, para penyidik meneliti kembali kasus tadi yang tanpa itu jelas sudah terkubur,” papar Nong Thi Hong Ha, pengacara salah seorang terpidana yang telah dibebaskan.
Hong menjelaskan, dia menemukan titik pada telingan Nguyen Dinh Kien ketika pria itu pertama kali mengunjunginya untuk berobat empat tahun lalu. Pria itu dibawa ke rumah sakit dari penjara tempat dia menjalani hukuman 16 tahun penjara setelah dipidana melakukan perkosaan ala sum kuning terhadap seorang wanita berusia 20 tahun pada tahun 2000 lalu.
Setelah melihat titik merah pada telinga Kien, Hong mempercayai pengakuan kuat pria tadi bahwa dia tak bersalah. Hong kemudian meneliti dua kakitangannya yang diduga ikut melakukan perkosaan dan selanjutnya mulai melakukan kampanye bagi pembebasan mereka. Akhirnya Presiden Nguyen Minh Triet memerintahkan agar kasus itu diperiksa kembali.
Para penyidik yang memeriksa kembali kasus itu menemukan berbagai kelemahan termasuk fakta bahwa testimoni para saksi yang mengindikasikan ketiganya tidak bersalah tidak disertakan dalam berkas kasus tadi, tulis koran lokal The Pioneer. Ketiga pria, yang telah meringkuk di balik jeruji besi selama 10 tahun, dibebaskan pada Januari lalu. (sumber : Disini).
Tapi, apakah mungkin ahli akupuntur bisa mendeteksi keperjakaan siswa baru di Indonesia yang jumlahnya jutaan? Semuanya bisa kalau memang ada kemauan baik. Bagaimanapun, sebagai manusia yang mengaku rakyat Indonesia, yang beragama. Kita masih menyadari kalau keperjakaan/keperawanan adalah sangat penting yang tak boleh hilang sebelum waktunya (menikah).
Kalau masih ada yang lain. Wallahu ‘Alam.
CMIIW
pic source :oedien.blogdetik.com*
Open Comments
Close Comments
1 komentar untuk "Keperjakaan Sudah Bisa Dites, Wanita Tidak Usah Takut"
Komenlah dengan bijak
Curhat Cinta