Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Huesca, Karma Itu Ada (#14)

Huesca, Karma Itu Ada (#14)

Aku kaget, terlebih lagi Dody. Dody buru-buru menundukkan kepalanya sekilas memberi hormat kepada Pak Surya yang tak lain adalah mertuaku.

“Asyik banget keliatannya, lagi ngobrolin apa?” Beliau berbasa-basi. Keterkejutanku belum hilang, bukan karena aku takut padanya. Tapi aku kaget saja kenapa dia ada di sini. Jarang-jarang Beliau mau menyempatkan diri ke kantin ini.

“eh anu pak.. anu” Dody kelihatan gugup, keringatnya cepat sekali mengalir. Akh semenakutkan itukah mertuaku ini?

“ga ngobrolin apa-apa kok Pak” aku mencoba menengahi kegugupan Dody. Pak Surya hanya tersenyum.
“Oh iya, tadi Maria telepon bapak, katanya kemarin kamu sakit ya?”
“akh, sakit biasa aja pak, cuma lemas dikit”
“kenapa bisa sampai pingsan gitu?”
“ga tahu juga sih pak, mungkin pusing aja”
“oh yaudah, kalau kerja jangan diporsir gitu, perhatikan juga kesehatan kamu” nasihat beliau.
“iya pak, makasih, lagian ada Maria kok yang selalu perhatian” mendengar anaknya dipuji, Pak Surya hanya tersenyum. Kemudian dia menepuk pundakku dan berlalu pergi.
“ceileee perhatian banget tuh mertua” Dody menggodaku setelah Pak Surya tak lagi di samping kami. Beberapa pekerja lain juga terlihat senyum-senyum memandang ke arahku.
“hahaha… ga usah menggodaku Dod, ntar aku bisa ngakak sendiri liat ekspresi kamu tadi..” aku membalas Dody. Wajahnya yang tadi ceria menggodaku berubah bersemu merah. Mirip kepiting panggang setengah masak.

“ehhehe…” Dody nyengir “Pak Surya memang kurang dekat sama bawahannya” tambahnya.
“yah namanya juga jaga imej” aku sedikit membela.
“oh iya.. kamu pernah ke Huesca ga?”

“tempat apa itu?” tanyaku. Aku memang belum begitu banyak mengenal kota kelahiran istriku ini. Memang letaknya hanya 60 km dari Medan. Tapi selama ini, aku hanya bepergian sebatas rumah dan bekerja. Hingga aku belum begitu mengenal daerah-daerah di sini.

“Huesca itu tempat rekreasi Mar, mungkin aja kamu stress karena kebanyakan bekerja dan akhirnya jatuh sakit. Aku yakin tempat itu akan memberimu kesegaran baru. Minggu ini aku bersama istriku akan kesana, mana tahu kamu berniat mau ikut”

“ya sebenarnya kepengen juga sih, tapi kenapa yakin bener kamu aku bisa segar setelah kesana?”
“ya kalau ga percaya kamu coba aja, kamu juga bisa ajak Maria kan?”

Untunglah Maria tak merasa keberatan dengan ajakanku, malah dia senang sekali. Menurut Maria, dia juga sebenarnya pernah dengar nama tempat itu, tapi dia juga belum pernah kesana. Perjalanan dengan mobil bisa memakan waktu satu jam. Akses jalan menuju ke tempat ini memang seperti kurang diperhatikan. Awalnya Dody ingin membawa mobil sendiri, tapi aku minta saja bareng denganku di mobil kami. Menurutku disamping memang untuk penghematan, aku juga akan meminta Dody yang menyetir hingga aku bisa menjaga Maria di jok belakang.

Dody oke-oke saja. Dia menyetir dan istrinya juga duduk di depan. Dody sudah 2 tahun berumah tangga, namun ia belum juga dikaruniai anak. Menurut Dody, mereka tak ingin buru-buru dulu. Mereka sepakat untuk mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk masa depan mereka yang lebih baik. Tak salah memang aku memilih Dody sebagai teman dekat. Tak pernah ia mengambil keuntungan dariku meski aku adalah menant dari pemilik perusahaan tempat ia bekerja.

Jam baru menunjukkan pukul 10 pagi ketika kami sampai. Meski perjalanan tidak nyaman, namun aku selalu merasa terhibur dengan banyolan-banyolan Dody. Apalagi manjanya Maria disampingku, dia bahkan selalu bersandar di bahuku selama perjalanan. Entah kenapa aku suka manjanya. Manja yang tidak dibuat-buat. Manja yang memang ingin diperhatikan lebih.

bersambung.......

cerita sebelumnya baca disini
cerita Selanjutnya baca disini
Nb: btw, kalau ada yang baca. Monggo tinggalin jejak yach. hiihi… trims
Open Comments

Posting Komentar untuk "Huesca, Karma Itu Ada (#14)"