Orang Jakarta Banci Semua Ya!!?
Iklan layanan masyarakat.jpg |
Pertanyaannya sama dengan, Orang Medan Batak semua ya? Atau Orang Aceh Islam semua ya?. Pertanyaan ini muncul dari benakku ketika melihat berita dan iklan layanan masyarakat. Seharusnya iklan layanan masyarakat tidaklah mengandung unsur atau ide-ide dari golongan tertentu. Konten dan materi iklan harushnya "menasional" dan tidak mewakili golongan dari margin-margin tertentu saja. Kalau iklan layanan masyarakat mengandung materi atau unsur dari salah satu golongan, maka tujuan iklan itu tigak akan mengena. Orang-orang yang harusnya menjadi objek persuasif dari iklan, menjadi tidak merasa dan acuh.
Sebuah poster/banner besar terpampang di depan Dinas Pertanian Sumatera Utara, tulisan tersebut nadanya: "Mari Manggadong", dalam Bahasa Batak artinya mari makan ubi. Sebenarnya kalimat ini adalah kalimat kampanye dari "one day no rice" sehubungan dengan program diversifikasi makanan pokok. Tidak ada yang salah dengan ajakan itu. Yang keliru adalah bahasa yang digunakan dalam sebuah poster. Mengapa harus Bahasa Batak?
Sama diketahui bahwa Sukuisme di Negara Indonesia masih tidak bisa dihilangkan. Dengan iklan berbahasa Batak seperti itu, maka masyarakat Medan yang bersuku Jawa, Minang, Sunda, Melayu dll, tidak akan merasa kalau iklan itu ditujukan buat mereka. Iklan itu di benak mereka hanya untuk orang Batak saja.
Lain di Medan, lebih fatal pula di Jakarta. Tepatnya Pemprove DKI Jakarta. Iklan layanan yang mereka buat mengandung unsur-unsur banci. Simak saja iklan layanan mereka di Televisi.
"Ya Ciiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnn"
Kalimat itu seperti tagline dari semua iklan layanan masyarakat Pemprov DKI Jakarta. Bukankah masyarakat luar akan mengira kalau masayarakat Jakarta telah berubah menjadi banci. Sebab kalimat itu diucapkan dengan dialek banci seperti di film-film atau di sinetron-sinetron.
Mungkin maksud dari iklan itu baik agar lebih mengena ke sendi-sendi masyarakat, tapi nyatanya malah menjadi blunder yang tak perlu. Masyarakat lokal Jakarta saja mungkin tidak merasa bahwa mereka menjadi objek iklan tersebut. Parahnya, orang luar Ibukota menduga kalau orang Jakarta telah jadi banci semua.
Sebagai iklan, apalagi iklan layanan masyarakat, sebaiknya tim kreatif benar-benar bekerja lebih kreatif. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Iklan yang tidak mengandung unsur dari golongan tertentu dirasa akan lebih baik. Kalau tidak, iklan yang awalnya dibuat dengan biaya besar dan tujuan mulia, berputar arah menjadi blunder rasisme yang tak perlu.
Open Comments
Close Comments
Posting Komentar untuk "Orang Jakarta Banci Semua Ya!!?"
Komenlah dengan bijak
Curhat Cinta