Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Kita Hidup di Atas Wilayah Gempa!

Kita Hidup di Atas Wilayah Gempa!

Oleh :
Riri Satria


(sumber : USGS)
Kita memang hidup di atas wilayah gempa, yang terkenal dengan istilah Pasific Ring of Fire, yang terbentang mulai dari pesisir barat benua Amerika, terus menyeberang ke Asia, dan pesisi timur benua Asia, dan melintasi seluruh wilayah Indonesia hingga ke Selandia Baru. Jadi jelas sudah, kita memang hidup di atas wilayah gempa. Ini perlu menjadi kesadaran kolektif semua pihak pada bangsa Indonesia ini.


Oke, kalau begitu, so what? Kalau memang ini sudah menjadi fakta yang harus diterima, maka tentu saja kita harus mengembangkan budaya kehidupan yang mawas diri terhadap gempa. Menurut para ahlinya, gempa masih tidak bisa diprediksi kapan persisnya akan terjadi. Tetapi para ilmuwan geologi konon bisa membuat suatu prediksi berdasarkan data geologi atau seismik yang ada. Ini juga termasuk kegiatan gunung berapi yang masih banyak yang aktif di wilayah Indonesia.

Menurut para ahli, gempa itu sendiri tidak akan menyebabkan korban jiwa. Korban jiwa akibat gempa terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, tanah longsor, atau tsunami. Okelah, untuk yang terakhir, tsunami, mungkin kita susah mencari solusi yang baik. Tetapi rasanya (menurut pandangan saya yang orang awam di bidang ini) kita bisa melakukan sesuatu untuk masalah bangunan dan tanah longsor.

(Gambar zona gempa di Indonesia, putih paling aman, merah paling rawan)

Saya berpendapat, kita perlu beberapa pendekatan untuk membuat mitigasi bencana gempa ini, suatu pendekatan yang sifatnya integratif dan masif.

Secara makro, perlu suatu pendekatan politis. Perlu suatu kesadaran makro bagi para pembuat kebijakan di negara ini, baik pihak eksekutif maupun legislatif, untuk mengakui secara nasional bahwa kita memang hidup di atas wilayah gempa. Apa implikasinya? Ini akan melahirkan berbagai kebijakan pada tingkat nasional mengenai program mitigasi bencana tingkat nasional, seperti tata ruang wilayah, perizinan bangunan, dan sebagainya. Jika ini tidak ada, maka negara ini tidak akan memiliki program mitigasi bencana yang handal secara nasional, dan jika bencana yang sama terjadi kembali, maka korban dalam jumlah besar akan berjatuhan kembali. Barangkali kita perlu belajar dari Jepang untuk hal ini.

Lalu perlu suatu program edukasi masal, apa itu gempa (dan bencana alam lainnya), bagaimana mitigasi bencana, serta apa-apa yang harus dilakukan. Edukasi ini mulai dilakukan di tingkat sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Jika ini dilakukan, maka akan memberikan kesadaran kolektif, serta kompetensi kolektif kepada masyarakat mengenai mitigasi bencana, dan ujung-ujungnya jika terjadi bencana, jumlah korban bisa minimal. Sekali lagi, kita mungkin perlu belajar dari Jepang untuk hal ini.

Bahkan sebenarnya, kita punya kearifan lokal atau local wisdom mengenai hal ini. Pengalaman masyarakat di pulau Simeulue di Aceh perlu mendapatkan perhatian. Mereka memiliki semacam folklore yang terinternalisasi menjadi kearifan lokal (berdasarkan tsunami tahun 1907), apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa. Makanya, sewaktu terjadi tsunami, jumlah korban agak minimal di sana.
Kampanya masal ini harus dilakukan. Menurut saya, bahkan sangat mendesak. Para ahli bahkan mulai mengidentifikasi titik-titik yang berpotensi menimbukan gempa dahsyat di wilayah Indonesia, misalnya patahan Lembang di Bandung, juga masih adanya seismic gap di sekitar selat Sunda yang menimbulkan kecurigaan.

Dalam skala yang lebih operasional, mari kita membenahi bangunan dan tempat tinggal kita masing-masing sehingga bisa mengakomodasi terjadinya gempa. Para ahli yang relevan perlu menyebarkan informasi kepada masyarakat luas secara nasional, bagaimana bangunan yang tahan gempa?

Intinya, tentu kita tidak ingin korban yang begitu banyak berjatuhan lagi di masa mendatang. Suka tidak suka, kita memang hidup di atas wilayah gempa.

Tuhan pun sudah jelas mengatakan kepada kita, Dia tidak akan memperbaiki nasib suatu kaum, kalau kaum itu sendiri tidak berupaya mengubahnya. Tuhan juga memberikan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada manusia, untuk dipergunakan seoptimal mungkin dalam kehidupan. Barangkali sikap tidak peduli dan kepentingan jangka pendek yang menghalangi semua upaya ini … semoga tidak.



Open Comments

Posting Komentar untuk "Kita Hidup di Atas Wilayah Gempa!"