Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Tentang Kiai yang Memperkosa

Tentang Kiai yang Memperkosa

Artis itu memang kini tengah meredup, akh bukannya meredup. Dia memang belum pernah berpijar terang di dunia keartisan. Dulu memang dia sempat beberapa kali tampil di panggung besar. Sayangnya, dia cuma berani goyang kayang plus erotis dan beraksi seksi saja. Dia belum berani menerima tawaran seorang produser yang berjanji akan menaikkan pamornya.


Bukannya tidak mau, memang sang produser sudah banyak menerbitkan artis. Banyak orang yang rela melakukan apa saja demi janji muluk sang produser. Bukannya tidak mau, cuma artis itu memang sedang dalam dilema, satu sisi dia ingin menjadi pedangdut yang tersohor tapi di sisi lain dia harus melayani nafsu binatang sang produser. Apalagi dia cuma gadis desa yang bermimpi jadi orang tenar di kota.

Masa sih demi karier dia harus merelakan keperawanan? Mungkin begitulah pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Beberapa temannya yang terlanjur tenar kadang membuatnya iri. Meski ada juga rasa bangga di dadanya karena bisa mempertahankan kehormatannya sebagai wanita baik-baik.

“duh, Mida, kamu itu seharusnya terima saja tawaran Pak Pram. Sekali saja kok, abis itu kamu akan tenar dan naik ke panggung-panggung besar. Apa kamu ga kepingin duet bareng Elva Sukarsah? Dia itu kan pedangdut idola kamu. Kamu ga kepingin diteriaki histeris oleh penonton karena tergila-gila sama kamu? Kamu tahu kan Elva Sukarsah, pedangdut yang kamu kagumi itu? Meski sudah menyandang gelar Hajjah, dia tidak sungkan-sungkan membuka setengah dadanya di panggung-panggung. Sadar dong Mida, itu memang permintaan pasar. Sangat sedikit, mereka yang menjadi pedangdut besar lewat jalan baik-baik. Bisa dihitung dengan jari. Ini sudah menjadi rahasia umum dan itu bisa dimaklumi” papar May, salah seorang personel Trio Pesut yang tengah naik daun. Jari May melengkuk lengkuk saat mengatakan “bisa dihitung dengan jari” tadi.

May berhenti menceramahi Mida. Mungkin dia merasa lelah juga. Disulutnya sebatang rokok mild kegemarannya. Di dunia entertain, May memang dikenal sebagai pedangdut yang terbilang berani. Jadi, merokok saja tidak akan mengurangi pamornya. Justru wanita perokok adalah salah satu jenis “permintaan pasar” yang dimaksud May.

Mida makin bimbang, paparan May yang panjang lebar itu memang ada benarnya. Sudah saatnya dia mendobrak aturan-aturan yang mengekang kreativitas. Tokh, nanti kalau sudah tenar beneran, dia bisa operasi semua bagian tubuhnya agar kembali seperti sedia kala. Mida hanya butuh keberanian untuk memulai. Wajah keluarganya di desa membayang satu demi satu di benaknya. Ada perasaan tak tega ketika harus menodai petatah petitih ayah yang sangat dicintainya.

Lamunan Mida bubar ketika sahabat dekat yang sempat jadi manajernya, Azmi, datang.
“boleh ga saya pinjam Mida sebentar” ucap Azmi pada May, berharap May bersedia pergi.
“Mid. Aku ada ide” ucap Azmi setengah berbisik setelah May ngeloyor pergi dengan bibir manyun karena merasa diusir.
“sudahlah Az, aku lelah. Aku ga akan mau tidur sama Pak Pram. Apapun alasannya. Biarlah aku terus begini”
“kalau itu aku ngerti Mid, tapi aku ada ide lain supaya kamu tenar lagi”
Mendengar kata “ide lain” itu, Mida menjadi terpancing.
“ide apaan, kasih tahu dong!”
Lalu Azmi membisikkan sesuatu.
“jadi kamu ga mesti tidur sama Pak Pram”
“Akh, ga mau. Loe gila apa. Bisa geger negara ini”
“isss, negara ini memang suka yang geger-geger, kamu tenang aja. Ntar aku semua yang atur”
“Tapi Az..”
**
Banyak wartawan sudah berkumpul di depan rumah Mida meminta klarifikasi Gossip yang tengah berhembus. Mereka bahkan rela menunggu sedari pagi agar tak kecolongan.
“make up ku udah pas belum Az?”
“udah, mantap.. wajah kamu harus disenduin ya.. ingat..!”
“kamu yakin dengan semua ini?”
“yakin lah. Ayo maju teruss!”
Lalu Azmi membimbing Mida menuju teras rumahnya tempat para pemburu Gossip tengah berkumpul.
“Jadi benar Kiai itu pernah memperkosa Mbak Mida?” salah seorang wartawan mengajukan pertanyaan.
“Ia, Mida dulu pernah diperkosa di sebuah apartemen di Surabaya” Azmi yang menjawab, Mida hanya menunduk.
“kenapa bisa sampai bareng-bareng ke Apartemen?” tanya yang lain.
“kebetulan saat itu Pak Zaki, Kiai yang kita banggakan itu tengah ceramah di daerah dekat apartemen itu, tempat Mida tinggal. Lalu Mida kenalan sama beliau. Karena Mida butuh guru ngaji, akhirnya Mida mengutarakan Niatnya ke Pak Zaki. Setelah itu Pak Zaki mulai sering main ke apartemennya. Tapi malam tahun 2005 itu, entah setan apa yang merasuki kiai itu hingga tega memperkosa Mida” Azmi masih berapi-api.

Semua geger. Masyarakat yang semula pengagum sang kiai banyak yang kecewa. Apalagi sang kiai tak mengklarifikasi masalah tersebut. Sebuah media online terus menerus memberitakan berita yang tak seimbang tersebut. Pihak Mida terus membombardir sang kiai dengan tudingan-tudingan mencengangkan.
Mida pun akhirnya kembali tenar, beberapa program infotainment kerap menghadirkan Mida sebagai bintang tamu. Pamornya kembali naik. Tawaran manggung dan membintangi iklan juga datang membanjiri. Karena sebenarnya Mida punya talent, jadi tak sulit baginya untuk cepat populer. Azmi merasa semua ide briliantnya berjalan sesuai rencana. Senyumnya sangat lebar.

Simpati masyarakat juga terus mengalir pada Mida. Apalagi di setiap wawancara, dia selalu menunjukkan wajahnya yang sendu. Sesendu lagu-lagu yang sering dibawakannya. Sementara sang kiai tetap diam, malah pergi ke luar negeri untuk melanjutkan dakwahnya. Masyarakat geram. Merasa selama ini mereka dibohongi oleh sang kiai.

Untungnya sebulan kemudian sang kiai mengatakan kalau berita itu semua hanya gossip. Berita itu tidak benar. Perkara bukti foto sang kiai dengan sang pedangdut bisa saja direkayasa dengan Potoshop, apalagi sang kiai juga sering berfoto dengan penggemarnya. Berita itu memberi angin segar kepada masyarakat yang sejak awal memang mengira bahwa berita tentang pemerkosaan Mida hanya akal-akalan.

“Gimana nih Az.. Pak Zaki udah berani muncul di publik”
“tenang aja Mid, semua skenario udah aku atur..kamu tinggal jalankan aja”
“jadi apa rencana berikutnya?”
“aku udah telepon semua kenalanku di stasiun televisi, besok kita buat jumpa pers lagi. Ini semakin seru, aku yakin besok puluhan wartawan akan datang kemari untuk menanti balasan kita atas pernyataan sang kiai”

Namun esoknya, tak ada satu orangpun wartawan yang datang ke rumah Mida. Beberapa sms masuk ke HP baru Azmi “maaf ya mbak, hari ini kami harus ke Lokasi gempa”. Azmi masih tersenyum, mungkin besok lagi pikirnya. Tapi, “maaf mbak, kru kami kini tengah banyak yang ke lokasi tsunami”. Esoknya lagi “duh, sabar lah mbak, nasib pengungsi gunung meletus itu jauh lebih penting dari pada berita kalian” sebuah sms sewot masuk ke HP baru Azmi, mungkin ia baru dimarahi atasannya.

Akhirnya, Mida dan Azmi hanya bisa duduk termangu di depan teras rumah Mida. Mereka tetap menanti, tapi entah sampai kapan. Sebab hingga kini kelanjutan kisah mereka belum terkabarkan.....



Open Comments

5 komentar untuk "Tentang Kiai yang Memperkosa"

pramanahadiblog 11 November 2010 pukul 14.15 Hapus Komentar
Aku bangga sekaligus sedih, namaku (Pram) ada disebut di situ. Untung wartawan gak wawancarai aku ........hi ngeri.
blog dalam blog 15 November 2010 pukul 02.42 Hapus Komentar
@Pak Pramana Hadi, hehe.. ini cuma fiksi pak.. :)
Ayah Uwah 17 Desember 2010 pukul 03.08 Hapus Komentar
hehhehh...mas izin untuk di share ya...
blog dalam blog 19 Desember 2010 pukul 01.48 Hapus Komentar
@Tuah Manurung : Silahken Lae..
pramanahadiblog 20 Juni 2012 pukul 12.44 Hapus Komentar
Sudah lama, nih, saya nggak mampir ke blog ini. Kalau teman-teman berkenan silakan mampir dan baca tulisan saya di www.kompasiana.com/pramanahadi Terima kasih dan salam persahabatan.