Pengalaman Pahit Belanja Online di Lazada
Situs belanja online seperti Lazada memang menawarkan kemudahan yang tiada terkira kepada konsumennya. Dengan klik klik anda bisa mendapatkan barang tanpa harus mengeluarkan keringat untuk antri atau mendatangi toko real. Hebatnya lagi, toko online bisa menjadi super market virtual yang menyediakan apa saja yang anda butuhkan. Sebuah inovasi futuristik nan memanjakan para pelanggannya.
Tapi eits, hati-hati. Ternyata sesungguhnya di balik kemudahan yang ditawarkan itu ada keribetan yang membuat kepala serasa mau pecah. Transaksi ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Karena tergiur dengan iklan, bisa-bisa anda akan menjadi lebih lelah dari sekedar antri di toko real.
Semua akan mudah jikalau barang yang anda beli sesuai dengan spesifikasi yang ditampilkan di web. Tepat waktu kedatangannya dan ramah pelayanan customer servicenya. Tapi bayangkan bila barang yang anda beli tidak sesuai dengan barang yang ditampilkan di website. Misalnya ada kerusakan, beda ukuran, leletnya pengiriman dan lain sebagainya. Bila menemukan salah satu masalah tersebut maka bersiaplah untuk menahan emosi agar darah tinggi anda tidak membuncah ke ubun-ubun.
Penulis sendiri sebenarnya baru pertama kali belanja di Lazada. Itu juga berdasarkan rekomendasi dari seorang teman kerja. Akhirnya saya membeli iPhone di Lazada. Saya klik-klik, transfer dan bersiap untuk menunggu kedatangan barang. Yakinlah, cakupan COD Lazada itu tidak semenarik iklannya. Terlalu sedikit barang dan daerah yang bisa dicover untuk COD.
Awalny rasa optimis muncul ketika barang saya terima 3 hari setelah pemesanan dari Jakarta ke Medan. Wow. Sudah sedemikian majunya kah pelayanan e-commerce di Indonesia? Tapi setelah mengetahui barang yang saya terima rusak, sayapun komplain ke supplier (bukan lazada). Di kemasan paket yang saya terima ada tulisan lebih kurang "jika barang yang anda terima rusak, silakan sms no berikut atau add PIN BM. Jangan komplain ke Lazada karena akan memakan waktu 2-3 minggu".
Malam itu juga saya kirim balik barangnya ke alamat pengirim (bukan gudang Lazada). Dan 2 hari kemudian pake yang saya kirim Via JNE tiba hari Jumat. Si pemilik barang mengatakan mereka harus cek barang dulu. Katanya akan dikirim Jumat malam. Besoknya ditunda lagi jadi sabtu. Tunda lagi jadi senin dan tunda lagi jadi selasa. Dan akhirnya barang saya terima pada hari jumat juga. Usut punya usut ternyata si supplier bukanlah pemilik barang. Dia harus kontak lagi ke supplier tempat dia mengambil barang.
Yang menyebalkan dari belanja online adalah kita tidak bisa memarahi orangnya langsung. Ahahaha. Karena saat waktu pengiriman diulur-ulur saya komplain ke Lazada lewat Live Chat kenapa supplier yang tidak memiliki barang bisa teregister sebagai supplier Lazada? Berarti Lazada tidak menyeleksi supplier mereka dengan benar. Saat komplain, pihak Lazada malah suruh saya isi form komplain atau form retur. Mengapa mereka tidak langsung saja akses dashboard, kontak supplier dan tanyakan apa masalahnya?
Tapi dari sini ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil.
- Tidak usah belanja online kalau emang tidak terlalu mendesak. Kalau masih bisa datangi ke pasar, supermaket atau mall langsung, itu lebih baik.
- Biasakan cek siapa penyedia barang. Lazada (penyedia utama), pihak ketiga atau pihak ke empat.
- Kalau emang penyedia barang adalah pihak ke tiga atau ke empat, pastikan ada review jujur dari orang yang pernah berbelanja dari mereka.
- Jangan ragu untuk berikan review negatif jika pengalaman anda berakhir buruk dan berikan review positif jika pengalaman berbelanja anda menyenangkan.
Open Comments
Close Comments
Posting Komentar untuk "Pengalaman Pahit Belanja Online di Lazada"
Komenlah dengan bijak
Curhat Cinta